16 Jan 2019

//Review// Web Series - Yakin Nikah

2 komentar



"Far, Gue nyesel nikah sama lo!"


Haduh. Sumpah, aku ga tau lagi gimana mendeskripsikan perasaanku setelah nonton web series ini. Baper, gila. Seneng, sedih, kesel, campur aduk rasanya nonton series pentolan JBL Indonesia yang satu ini. Series 'Yakin Nikah' menceritakan tentang pasangan muda yang baru menikah dan hendak menikmati honeymoon-nya dengan melakukan travelling bersama. 

Farah dan Bastian memiliki hobi yang berbeda. Farah suka travelling ke pantai, sedangkan Bastian lebih senang menghabiskan waktunya di gunung dan memancing ikan. Episode pertama disuguhkan dengan cerita Bastian yang merasa bersyukur banget memiliki Farah sebagai pasangan hidupnya. Namun, siapa sangka ternyata karakter asli Farah benar-benar menghilangkan keyakinan Bastian kepada Farah.

Keegoisan Farah yang tak terbendung lagi membuat Bastian frustasi. Ditambah lagi, kedatangan mantan pacar Farah yang tiba-tiba hadir di tengah mereka merusak segalanya. Akhirnya, Bastian --yang selama ini sulit sekali mengkomunikasikan perasaannya, melepaskan semua kekesalannya. 

Menurutku pribadi, series ini benar-benar mengajarkan kita bahwa sebelum melangkahkan kaki ke jenjang pelaminan, kita harus memahami secara betul karakter pasangan kita. Karakter Farah di series ini sangat tidak dewasa dan egois. Dia selalu mementingkan kesenangannya sendiri. Bahkan ada di salah satu scene ia berpendapat bahwa menikah itu 'biar ga ngerepotin dirinya'. Bastian yang mendengar jawaban  dari istrinya itu menaikkan alisnya sebagai bentuk ungkapan 'apasi maksud istri gue ini?' 

Bastian adalah cowok tersabar yang aku temuin di dalam drama atau series (heheh). Selama travelling, mereka selalu bertengkar. Prasangka mereka terhadap satu sama lain menyulut amarah mereka. Pertengkaran tersebut bertambah hebat ketika Farah dan Mantannya ke-gap oleh Bastian sedang berduaan di tengah pantai. Mantannya, yang melihat cekcok antara Farah dan Bastian, membuat situasi dan kondisi makin memanas. Ya, suami mana sih yang engga marah melihat istrinya digendong-gendong oleh cowok lain -apalagi bekas pacarnya, kan?

Pada akhirnya, Bastian meluapkan semua amarahnya yang selama ini terpendam. Bastian, yang mulanya feeling blessed banget punya istri kayak Farah, mengakhiri pertengkaran mereka dengan ucapan, "Far, gue nyesel nikah sama lo!"

Aduh, aku sih secara pribadi sangat suka dengan alur cerita series ini. Setiap episodenya bikin tegang dan kesel sendiri, hahaha. Walaupun aku cewek, tapi aku ga suka sama sifat Farah yang bener-bener masih kekanakan dan keliatan belum siap berumah tangga. Ending dari series ini menurutku bikin kecewa, sih. Farah masih bisa-bisanya mbikin quote bijak di tengah pertengkaran mereka. Begini quotenya,

"Bas, Kamu engga cinta sama aku. Marriage is about trust. Marriage is about accepted flaws both of us. You just need to communicate, not ending it. Bukannya nyesel, tapi fixed it."

Kata-kata Farah itu semuanya bener, ga salah. Tapi yang bikin ku heran adalah... kan di setiap episode Farah keliatan banget se-engga dewasanya, pengen enaknya sendiri, self centered banget katakanlah ya. Terus tiba-tiba ngomong bijak di saat kondisinya kayak gitu, menurutku sangat aneh si (Harusnya dia juga mirror, dong ya). Kedua ego pasangan tersebut sama-sama tinggi. Sebenernya, posisi Bastian juga salah. Dia tidak mengkomunikasikan dengan benar apa saja ketidak-sukaannya terhadap apa yang dilakukan Farah. Dan harusnya, si Farah nyadar diri juga batasan-batasan dia sebagai wanita yang setelah menikah itu seperti apa. 

Jadi, series ini menohokku pake banget. Hehe. Dari awal, masalah visi, prinsip, arti menikah, dll harusnya sudah clear sebelum mengikat janji suci. Karakter pasangan pun harus dipahami. Ga cuman itu, komunikasikan hal-hal yang kamu engga suka dari diri pasanganmu. Tujuannya buat apa? Ya itu tadi, buat diperbaiki sama-sama. Semua orang punya kekurangan, selagi masih ada keinginan buat memperbaikinya ya engga ada masalah. 

Yakin menikah?

Kalo aku ditanya seperti itu, tentu aku akan dengan lantang menjawab bahwa aku yakin menikah. Karena... 
Aku tidak akan seperti Farah yang membiarkan suaminya memasakkan makanan untuk istrinya (kecuali dalam hal-hal terdesak lho ya)
Aku tidak akan membiarkan suamiku tidur kedinginan hanya karena amarahku yang sedang memuncak
Aku tidak akan membiarkan suamiku memasang dan membereskan tenda sendirian
Aku akan menemani dia menghabiskan waktu untuk menikmati segudang hobinya
Aku akan berada di sisinya ketika ia sedang memperbaiki ban mobil yang sedang pecah di pinggir jalan
Aku akan sabar menunggunya pulang dari memancing ikan
Aku akan terus mencoba menjadi sebaik-baik istri untuknya.

So, ratingnya berapa nih?

Untuk series buatan JBL Indonesia satu ini aku kasih rating 4,7/5. Ceritanya bagus, akting pemerannya juga top, apalagi pemandangan pantai dan gunung yang disuguhkan di series ini. Namun, menurutku masih ada kekurangannya. Ending yang agak ngegantung dan beberapa hal lainnya mengurangi penilaianku, hehe. 

Buat kalian yang lagi gabut, bisa banget buat nonton series ini. Dijamin engga bakalan nyesel dan pastinya bisa ambil hikmah di dalamnya. So that's all from me, see you!

13 Jan 2019

Cantik Ala Millennials

6 komentar




Halo Millennials!
 
Saya yakin menjadi cantik adalah keinginan setiap wanita. Oleh sebab itu, di era millenials ini, semakin banyak wanita yang peduli dengan penampilannya. Tak jarang kita melihat wanita memakai make up untuk tampil cantik di depan publik. Tidak ada yang salah. Namun, menjadi cantik itu bukan sekadar ingin mendapatkan pengakuan dari khalayak, tetapi menjadi cantik itu adalah bentuk cinta terhadap diri kita sendiri.  

Perkembangan industri kecantikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya permintaan produk-produk kecantikan oleh millennials. Pengaruh teknologi dan informasi memudahkan millenials untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang produk kecantikan apa yang sebaiknya dipakai, bagaimana tips agar tak salah memilih produk, dsb dsb. 

Millennials bukanlah generasi biasa-biasa saja. Mereka memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi tersebut agar tak salah dalam merias diri. Hal ini pun ditandai dengan semakin maraknya beauty vlogger, beauty blogger, dan konten-konten kecantikan lainnya. Tentunya, cantik itu perlu usaha, cantik itu butuh proses dan cantik itu harus cerdas. Minimnya pengetahuan kita tentang kosmetik bisa menjadi boomerang bagi kita yang ingin tampil cantik dan fresh. Oleh sebab itu, millenials harus memiliki pengetahuan yang cukup. Millennials harus cerdas agar nantinya tak salah dalam merawat serta mempercantik diri. 

Banyak millennials yang awam di dunia per-kosmetikan masih belum paham kegunaan kosmetika itu seperti apa. Patut diketahui bahwa kosmetik digunakan bukan untuk mengobati dan mencegah penyakit. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), Kosmetik berfungsi untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan, dan memelihara tubuh pada kondisi baik. Salah dalam memilih kosmetik akan berdampak buruk pada kondisi kulit kita. 

Sebelum membeli produk kosmetik, alangkah baiknya kita mengetahui kondisi jenis kulit kita. Hal ini dilakukan agar kita dapat memilih produk kosmetik yang sesuai dan in tune dengan kulit kita. Dalam kondisi ini, kita harus bisa mengkategorikan jenis kulit kita seperti apa. Sebab, treatment setiap jenis kulit itu berbeda-beda. Apabila kita salah mengkategorikan jenis kulit, tentu akan berakibat fatal terhadap kulit kita sendiri. Pemilihan kosmetik dengan rutinitas kita sehari-hari juga harus tepat. Kita harus tahu aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari, misalnya, apakah lebih banyak terkena sinar matahari atau dominan berada di ruangan ber-ac. Apabila rutinitas sehari-hari lebih banyak di luar, penggunaan SPF untuk kulit harus diperhatikan. Kemudian, agar kulit tetap terjaga dan terawat, penggunaan kosmetik sebaiknya tak sering bergonta-ganti. Sebab, gonta-ganti kosmetik malah akan merusak kulit kita, bisa jadi akan tumbuh banyak jerawat dan kulit akan mengalami iritasi.

Setelah mengetahui bagaimana kondisi kulit kita, barulah kita bisa men-treatment kulit kita dengan mencari produk kosmetik yang tepat sesuai jenis kulit kita. Salah satu tips agar kita tidak salah memilih kosmetik untuk kulit kita adalah dengan cek KLIK. KLIK adalah singkatan dari Kemasan, Label, Izin edar, dan Kadaluarsa.

1    1. Kemasan
    Pengecekan terhadap kemasan dilakukan untuk memastikan apakah produk dalam keadaan tidak rusak, cacat ataupun jelek. Apabila ditemukan bahwa kemasan produk tersebut cacat, patut dicurigai bahwa telah terjadi manipulasi dalam produk tersebut. Bisa jadi produk tersebut bukan kemasan asli atau mungkin ditambahkan bahan-bahan yang tak semestinya ada dan bisa mengakibatkan kerusakan pada kulit.  

2    2. Label
   Produk yang asli akan memuat label yang benar, seperti nama kosmetik, nama dan Negara produsen, komposisi, serta peringatan dan persyaratan dalam penggunaan produk.
3
           3. Izin Edar
    Cek izin edar produk dapat dilakukan lewat website BPOM RI (https://cekbpom.pom.go.id/). Produk-produk yang legal tentu akan mendapatkan izin edar dari BPOM RI. Izin edar dari BPOM RI menandakan bahwa produk tersebut layak untuk dipakai sesuai standar berlaku yang ditetapkan oleh BPOM RI.

4    4. Kadaluarsa
    Sama seperti makanan, kosmetik juga memiliki tanggal kadaluarsa pemakaian. Pengecekan kadaluarsa pada kosmetik sangat penting agar kita tidak menggunakan kosmetik yang sudah lewat tanggal masanya. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan efek negatif pada kulit apabila kita menggunakan produk kosmetik yang sudah lewat masa tenggangnya.

Secara umum, tips agar terhindar dari kesalahan pemilihan kosmetik ialah dengen cek KLIK seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Patut diketahui bahwa kecantikan tidak hanya didapat dari pemilihan kosmetik yang tepat. Seperti kata pepatah, "You are what you eat". Konsumsi makanan yang sehat dan tepat pula menjadi support system agar mendapatkan kecantikan yang maksimal. Konsumsi sayur dan buah-buahan yang sehat dan segar menjadi salah satu tipsnya. Buah yang mengandung anti oksidan, serta vitamin C & E bagus dikonsumsi untuk menunjang kecantikan tubuh dari dalam. Adapun contoh buahnya adalah lemon, apel, kiwi, jeruk, dll. 

Cantik itu relatif. Sebab, standar kecantikan itu berbeda-beda. Buktinya, di setiap negara, cantik itu memiliki definisi tersendiri. Seperti di Asia, seorang wanita dikatakan cantik jika ia memiliki kulit yang putih. Beda halnya di Amerika, cantik itu harus punya kulit yang eksotik. Oleh karena itu, , menjadi cantik di era millennials tidak cukup dari fisik saja. Sebab, cantik fisik memiliki standar dan preferensi sendiri. Cantik fisik dapat dipoles dengan kosmetik, tapi Inner beauty harus ditempa dengan menebarkan hal-hal positif.

Jadi, Millennials, Apa kamu siap cantik luar dan dalam?!  

#CerdasMemilihKosmetik

9 Jan 2019

Sudut Pandang eps 1 - Tentang Beropini

0 komentar

picture from: tirto.id "ilustrasi ujaran kebenian. foto/iStock"


Hello from the other side! Kali ini aku bakalan mencoba memberikan sentuhan baru dalam penulisanku, #Sudutpandang. Hehe. Well, guys. Pada bagian pertama ini, aku bakalan sharing pandanganku tentang beropini. Topik ini tiba-tiba muncul di benakku ketika habis menonton beberapa videonya Gitasav. Aku sudah memerhatikan diam-diam bagaimana seorang Gitasav beropini tentang segala hal. Pemikirannya yang cukup kritis, gaya penyampaiannya yang menurutku asik dan tak nyentrik membuat gitasav disukai banyak orang. 

Di zaman yang serba digital ini, kita dimudahkan memperoleh berbagai macam informasi. Segala isu di tanah air bisa kita ketahui lewat sosial media yang kita punya. Adanya sosial media memicu masyarakat untuk beropini sebebas-bebasnya. Lagi pula, kebebasan beropini di dunia maya pun dibentengi UUD pasal 28E ayat 3 dan UU ITE. Tidak ada yang salah dalam beropini, iya kan? Namun, terkadang kebebasan ini malah disalahartikan bagi sebagian warganet atau biasa dikenal Netizen. Kebebasan beropini tersebut kadang diciderai dan malah menyimpang dari norma dan moral yang berlaku di masyarakat, hate speech contohnya. Komentar negatif terhadap sesuatu yang menjadi isu di tengah masyarakat melukai makna kebebasan beropini itu sendiri. 

Pemikiran superior terhadap diri sendiri adalah buah dari kebebasan beropini. Netizen selalu ingin terlihat lebih dalam segala hal dibandingkan netizen lainnya. Mereka ingin terlihat lebih intelek dengan menanggapi berbagai kasus hangat yang sedang terjadi. Mereka ingin menunjukkan superiornya dalam hal nurani dan moral dengan berkomentar atau memposting sesuatu yang bernilai kemanusiaan, dsb dsb. Tidak salah, sungguh tidak ada yang salah. Itu hak mereka. Itu hak kita. Namun, pemikiran superior yang berlebihan tersebut dapat menjadi boomerang bagi kita. Jati diri dan kualitas kita digadaikan karena ingin terlihat superior di dunia maya. Meskipun tak ada niat untuk terlihat superior, nyatanya pemikiran tersebut alami muncul tanpa disadari. 

Beropini itu sangat dibolehkan. Kita punya kebebasan untuk menyuarakan pendapat kita. Pun jika ada yang mengkritik dan menghakimi atas opini kita, mereka tak berhak melakukannya. Karena kembali lagi, itu hanyalah sebuah opini. Dalam beropini, tak ada yang salah, pun dikatakan tak benar juga tidak masalah karena opini hanyalah sudut pandang. Sudut pandang orang dalam melihat suatu masalah tentu berbeda. Itulah asiknya beropini. Namun, tentu, jangan asal beropini, perlu adanya pengamatan/observasi sebelum kita melontarkan pendapat kita terhadap sesuatu hal. Dan jangan lupa, jadilah netizen yang bijak beropini! Sekian sudut pandang eps 1 dariku tentang beropini, tunggu episode selanjutnya!

Salam hangat.

7 Jan 2019

4. Liburan

0 komentar
Berbicara tentang liburan, aku jadi teringat masa kecilku. Dulu, setiap liburan usai, Bu guru selalu meminta kami untuk menceritakan bagaimana hari-hari liburan itu berlalu. Aku bahkan sampai mengarang cerita karena takut hanya diri ini yang tak memiliki cerita apa-apa menghabiskan waktu liburan. Ah, lucu sekali rasanya bernostalgia masa lalu.

Sejak menginjak SMA, aku tak perlu lagi membuat cerita fiksi mengenai liburanku di depan guru ataupun teman-temanku. Aku tak perlu memaksa diri berimajinasi seolah pernah mengunjungi desa, bermain di sawah, mengembala domba, dsb dsb.

Semakin aku beranjak dewasa, aku mulai berhenti menggambar sketsa tentang indahnya desa dan pegunungan di rumah nenek. Nyatanya, aku saja tak memiliki kampung atau desa. Nenekku pun tinggal bersamaku, setiap hari aku malah selalu bertemu nenek.

Saat ini pun tak ada cerita menarik bagaimana aku menghabiskan waktu liburanku. Padahal waktu senggang ini harusnya aku maksimalkan untuk melakukan kegiatan -apapun itu. Karena mungkin saja, liburan kali ini adalah waktu liburan terpanjang yang aku miliki mengingat sebentar lagi aku akan mengabdi pada negeri. hehehe. kecuali jika aku melanjutkan pendidikan D4 lagi. Aamiin. 

Ah, aku seringkali merasa sedih. Semakin aku tumbuh, semakin sedikit waktu yang ku punya untuk menikmati waktu liburan. Belum lagi teman-teman yang juga sibuk sana-sini. Sulit sekali rasanya untuk berkumpul walau sekadar bertatap muka saja. Jangankan teman, berkumpul dengan saudara sendiri saja butuh waktu yang tepat, mengingat mereka sudah memiliki keluarga dan kesibukkan masing-masing. Makanya, aku sangat memanfaatkan momen bersama keluarga ataupun teman dekat di waktu liburan. Memang, dari awal aku bilang, liburan itu bukan ke mana-nya, tapi sama siapa-nya. Jadi, buat kamu yang masih liburan, manfaatkan seoptimal waktu liburanmu dengan orang-orang terkasih, ya! Jangan sampai menyesal di kemudian hari.

Peluk sayang dari ku,

Agustine.

3 Jan 2019

3. Bagian Pembuka

0 komentar

Dia menyeruput tehnya lagi. Matanya tertuju pada bangku kosong yang di hadapannya. Ia tersenyum kecil, kemudian melanjutkan tulisannya. Sesekali ia berhenti ketika ada notifikasi dari handphonenya.

Hari ketiga di bulan Januari. 2019. Sudah tiga hari berlalu, tetapi memori di tahun 2018 masih sangat lekat diingatannya. Tahun itu menjadi tahun penentu di hidupnya; segala ambisi selama tiga tahun terbayarkan dengan toga yang dikenakannya pada Oktober lalu. Semuanya masih terasa sedetail itu. Dia berjuang melawan sesuatu yang bernama belakang akhir; tugas akhir, ujian akhir dan segala macam akhir lainnya. Tahun 2018 adalah bagian penutup selama ia mengenyam dunia perkuliahan. Namun, tahun 2018 juga menjadi awal bagi dunia kariernya.

Dia ingat, keinginannya pada tahun 2018 kemarin tidaklah muluk-muluk. Dia hanya ingin segala urusannya dilancarkan. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, ia menuliskan berbagai macam keinginan yang ingin sekali diwujudkan, tapi tidak untuk tahun 2018. Entah kenapa, saat itu dia tidak benar-benar berharap lebih karena ia tahu dengan berharap saja itu tidak cukup.

Hari ini, ia ingin kembali merumuskan harapan yang selama ini lenyap tiba-tiba. Ia membingkai semua impiannya dalam tinta yang hanya ia dan tuhan yang mengetahuinya. Terlalu tinggi, pikirnya. Beberapa waktu belakangan, ia terlihat tak seoptimis dulu. Apa gerangan yang terjadi ia pun tak tahu pasti. Tekanan negatif membuatnya sepesimis itu. Tapi, kita tidak akan tahu sebelum mencoba dan mengusahakannya, kan? 

Dia tertawa. Ini bagian pembuka, kenapa seserius itu. Hei, tapi bukankah bagian pembuka menjadi penentu segalanya? salah langkah dari awal akan membelokkan tujuan kita, iya kan? lantas, kamu perlu hati-hati. Melangkahlah maju sedikit demi sedikit tapi pastikan jalanmu benar. Ingat, kamu punya cara sendiri untuk sampai ke tujuan. Tegakkan langkah, busungkan dada, yakinkan diri bahwa kamu bisa menjadi lebih baik dan menggapai seluruh impianmu. Selamat, ini baru bagian pembuka. semangat, ya!