31 Des 2019

Throw Back

2 komentar

It’d been a long time aku ga bertengger di blogku ini. Keasikan bikin podcast dan juga dengan dunia kerja membuatku melupakan sesuatu yang berharga dan telah ku bangun cukup lama di sini. Jadi, kamu apa kabar?

Ada beberapa hal yang ingin ku bagikan dan ingin ku ingat bersamamu. Kala itu, awal tahun 2019 menjadi bulan di mana diriku tidak produktif samsek. Yakin tidak produktif sama sekali? kayaknya tidak juga ya, karena selagi menunggu pengumuman penempatan, aku menghabiskan waktu denganmu di sini, benar tidak? Ada banyak memori yang ku tuangkan dalam bentuk tulisan di laman ini. Tapi tetap saja, aku masih ada hutang pada seseorang untuk menuliskan tentang perjalanan ke Ancol. Haha kalo diingat-ingat, rasanya waktu cepat berlalu dan cepat juga mengubah seseorang ya. Hari-hari ku biasa saja sampai akhirnya pengumuman ojt beredar. Aku bertemu dengan adik-adik yang sangat manis dan penuh semangat untuk belajar. Ada ainun, fahmi, Renzo, thea, melly, nadya, vira, anggi, ayin dan terakhir ida. Tunggu, ida bukan adik, dia seumuranku atau bahkan kayaknya lebih tua dari ku hahah. Awalnya, aku sangat bahagia dan sudah membayangkan kami akan bersama setidaknya sebelum ada yang tugas belajar. Tapi ternyata perpisahan lebih cepat dari itu, hanya satu bulan aku dan mereka dapat bersama. Selebihnya aku dimutasi, ya walaupun hanya berbeda lantai, tetap saja rasanya sudah berbeda. Apalagi kami sudah dibebani tanggung jawab soal tusi masing-masing. Jelas akan susah mencari waktu untuk becengkrama.

Penempatan pertama langsung di eselon 2, hmm agak sedikit kaget tapi lama kelamaan aku mulai menikmati di sini. Ya walaupun banyak pegawai yang sudah nikah, tetap saja aku tak begitu merasa terasingkan. Toh mereka juga ramah-ramah dan memiliki selera humor yang sangat baik.
Ingat ga, aku pernah cerita juga kalo aku kemarin pergi ke Yogya,loh. Tentu bukan untuk liburan seperti tahun 2017 kemarin. Aku ke sana untuk ikut latsar cpns. Hahaha. Beruntung skali rasanya diklat di sana, tidak banyak tindakan atau hukuman yang kami terima, para pelatih dan penyelenggaranya pun baik-baik. Aku juga bertemu dengan teman-teman dari berbagai instansi. Ya, semenyenangkan itu memang. Nanti, aku coba perlihatkan kepadamu foto-fotonya yah, barangkali ada yang kamu taksir sama temeen-temenku itu haha. Tapi, hati-hati sudah banyak warna merah loh alias sudah ada yang punya >< yah, tapi sebelum janur kuning melengkung, kamu bisa menikung hahaha.

Eh iya, aku kayaknya lupa cerita soal ulang tahun ku ya? Agustus kemarin ada seseorang yang menemuiku di Palembang. Ah kayaknya kamu udah tau dong siapa dia, kan aku pernah cerita ke kamu tentang dia. Entah kenapa, senyum dan tawaku lepas sekali saat itu, seakan tidak ada beban. Tapi, rasanya waktu sangat singkat. Entah karena memang kami banyak melakukan hal produktif atau memang sepertinya weekend itu selalu terasa singkat ya? Hahaha. Dan yang penting, aku berterima kasih kepada seseorang itu telah mengukir senyuman di saat ulang  tahunku.

Ah, kamu tau kan kalo aku udah bikin podcast? Bincang sabtu, namanya. Nanti, kalo gabut, kamu bisa dengerin ocehanku itu. Ya, beberapa bulan terakhir aku menemukan wadah yang tepat untuk menuangkan segala apa yang aku pikirkan. Tapi, sepertinya, aku mulai kepedean bahwa banyak yang suka sama podcastku itu. Padahal, pendengarnya bisa dihitung jari atau bahkan bisa ku tebak siapa saja. Aku sempat hopeless sama project ku itu, ya temanku memberiku dukungan memang. Tapi ya mau gimana kalo belum bisa banyak didengar orang, belum bermanfaat bagi orang atau belum menyentuh hati orang? Awalnya aku berpikir, tak mengapa tak ada feedback dalam menulis atau membuat podcast, tapi rasanya lama kelamaan ada hal yang mengganjal di hatiku. Bukankah aku membuat ini agar bisa menjadi manfaat bagi orang lain juga? Bagaimana aku tahu kalo sudah ada manfaatnya? Ya dengan adanya feedback tersebut. Tapi, yasudahlah mungkin akan ku pikirkan lagi tentang kelanjutan podcastku itu

Ada banyak hal yang sudah ku lewati. Mungkin tak terhitung lagi ada berapa banyak keringat dan air mata yang diam-diam aku sembunyikan lewat malam yang hening dan bantal yang menutupi wajahku. “Tidak apa-apa” seprtinya menjadi kalimat andalanku padahal sebenarnya kalimat itu adalah sebuah kebohongan. Aku berpikir, dengan mengucap kalimat itu, semua orang di dekatku tidak akan merasa sakit. Ya ternyata malah jadi boomerang, ya?

Terimakasih ya, 2019. Walau aku tidak membuat resolusi yang ciamik saat itu, tapi kamu sangat berkesan dan mengajarkan aku dari sisi emosional.

Semoga, aku bisa melanjutkan hal-hal yang bahagia dan menakjubkan nantinya. Saatnya, aku menutup  jurnal tahun ini.

Salam hangat, Agustine.

22 Okt 2019

Semua orang adalah penulis

1 komentar


Aku tak ingat persis kapan aku mulai menulis. Mungkin sekitar enam atau tujuh  tahun yang lalu. Aku hanya ingat saat itu aku sedang menyukai boyband korea, salah satunya Super Junior. Dan karena mereka lah aku mulai menulis cerita-cerita fiksi yang dipublish di laman fanbase Super Junior Indonesia. Aku mulai tertarik menulis fanfiction sejak saat itu. Dan kemudian berkembang menyukai tulisan-tulisan ilmiah hingga tulisan random semacam ini. Bagiku, menulis adalah jejak langkah perjalanan hidupku. Aku sempat punya buku diary, tapi tak bertahan sampai saat ini. Haha. Aku lebih suka menulis random dan mempublishnya di sosial media. Bukan karena aku ingin diapresiasi, tapi karena aku ingin memperlihatkan bahwa betapa aku suka menulis. Mungkin, aku belum berada di tahap mencintai. Tapi, aku akan berusaha keras untuk sampai ke tahap itu. Beberapa waktu terakhir, blogku sedikit berdebu karena aku mangkir dahulu bersama hobi baruku, bikin podcast. Hahah. Namun, tetap saja, buat podcast pun harus ada seni menulisnya. Beberapa hal yang aku utarakan tak lepas dari coret-coretan kalimat yang aku buat. 

Temanku, ike, pun sedang kecanduan menulis di blog. Sebenarnya dia sangat suka menulis di buku hariannya. Dari dulu aku sudah menyuruhnya untuk membuat blog dan mempulish tulisannya di sana. Namun, hatinya baru tergerak di awal bulan september ini. Aku senang setidaknya beberapa orang terdekatku sudah mulai mengabadikan moment hidupnya lewat tulisan yang dibuat. 

Ah, tapi, menulis itu tak hanya sebatas itu saja. Kalian bikin tweet pun adalah tulisan. Semua kata dan kalimat yang kalian ketik di laman mana saja adalah tulisan. Jadi, sudah dipastikan, kita adalah penulis....dengan cara kita masing-masing. Aku dengan blogku. Kamu dengan podcastmu, misalnya. Dia dengan instagramnya. Dsb....

Terlepas dari jejak langkah hidupku, menulis adalah bentuk terapi bagi diriku sendiri. Kadang, banyak hal yang aku pikirkan dan tak mampu ku ucapkan. Akhirnya, aku pun menulis sebagai bentuk healing dari segala masalah yang aku hadapi. Kalian tak perlu menulis jika hanya untuk terlihat keren di depan orang lain. Menulislah, tanpa meminta apresiasi dari orang lain. Menulislah tanpa takut dihina orang lain. menulislah di mana saja tanpa peduli medianya apa. .. Agar suatu saat nanti, setelah kau tiada, tulisanmu akan menjadi bukti bahwa kau pernah ada dan memiliki peranan dalam dunia.  

31 Agu 2019

Dua Puluh Dua

0 komentar



Siapa sangka gadis asal Palembang yang satu ini bisa ulang tahun juga? Hahahah. Aku sangat bersyukur masih diberi nikmat kesehatan oleh Allah SWT sehingga masih bisa menuliskan perjalananku di blog ini. Ada banyak hal yang bisa ku syukuri selama 22 tahun aku mendiami bumi ini. Dimulai dari lahirnya aku dari Rahim seorang ibu yang luar biasa dan tak terkalahkan sampai aku memulai perjalanan sebagai seorang calon pegawai negeri sipil. Asam, manis, pahit kehidupan mungkin belum sepenuhnya aku cicipi. (Masih 22 tahun) pengalamannya pun masih sedikit, tak bisa dibandingkan dengan kakakku atau bahkan orang tuaku, iya kan? Tapi, aku punya kok pengalaman jatuh-bangun ketika hendak masuk ke perguruan tinggi. Aku juga pernah sedih karena patah hati. Aku punya pengalaman mengordinir orang, menjadi anggota organisasi, bertemu orang berprestasi, punya teman yang sangat baik hati sampai dengan bertemu orang yang bisa membuat jatuh hati. Hadeuh, udah gede banget ya bahasanya. Semakin bertambahnya umur, semakin bertambah pula level ujian hidup. Waktu masih sekolah, ujian kita hanya sebatas soal yang diberikan pihak sekolah dan dijawab dengan teori-teori yang sudah kita hapalkan. Tetapi, semakin kita beranjak dewasa, ujian tak sesempit itu. Bahkan kita pun kadang tak menemukan jawaban pasti dari ujian hidup itu. Semakin kita bertambah umur, semakin banyak permasalahan yang akan kita hadapi. Hubungan dengan manusian lain. Pekerjaan. Keuangan. Jodoh. Pernikahan. Keluarga. Anak. Dan lain-lain. Menjadi dewasa itu bukanlah pilihan tapi keharusan. Kita tak bisa terjebak dalam cangkang buatan orang tua kita. Kita harus tumbuh dan mengepakkan sayap sendiri. Menjadi dewasa bukan berarti memutuskan pilihan sendiri tanpa ikut melibatkan pihak-pihak yang kita sayangi. Justru, karena ada pihak tersebut, kita akan semakin diarahkan untuk membuat pilihan yang tepat. Semoga, tahun depan, aku masih diberikan nikmat kesehatan lagi agar tulisanku akan tetap berlanjut. Barangkali tahun depan akan ada cerita baru yang mampu mempengaruhi perjalanan hidupku. Untuk orang-orang yang telah mengasihiku selama ini, aku berterima kasih dengan sungguh. Tanpa adanya kalian, mungkin aku tak akan merasakan bagaimana rasanya dikasihi dengan amat dalam. Selama 22 tahun ini aku bersyukur telah dikelilingi orang-orang baik dan dipenuhi pengalaman yang berarti.  

“Selamat tanggal dua-dua buat kamu yang sudah berumur dua-dua”
tertanda, Agustine.

Curhatan Seorang Manusia

0 komentar
Manusia memang jagonya memperumit masalah, benar begitu? Sebenarnya aku tidak ingin mendapatkan pembelaan dengan melemparkan pernyataan seperti itu. Nyatanya, aku masih saja tidak benar-benar ‘tidak mempertimbangkan persepsi orang lain dalam membuat keputusan hidup’.Mempelajari filosofi teras pun seakan tak cukup bagiku untuk melepaskan jerat interprestasi orang lain kepada diri ini. Alhasil, masalah semakin membesar ketika kita turut merelakan pikiran kita dikendalikan oleh persepsi orang lain. Ditambah lagi, ego kita yang tak mengerti lampu merah, terus saja nyelonong sampai pada titik penyesalan karena telah menabrak manusia lain yang hendak lewat dalam hidup kita. Lagi-lagi, kita masih tak sadar diri siapa yang melakukan itu semua. Kita malah menyalahkan manusia lain yang sedang lalu lalang di kehidupan kita. Padahal, hadirnya manusia adalah scenario yang dibuat tuhan dengan alasan tertentu, lalu kenapa kita tidak mengaku salah atas tuduhan kita kepada manusia lain itu? Rumit. Aku tidak tahu kenapa manusia senang sekali membuat drama-drama di kehidupan dengan memperumit masalah atau membesar-besarkan masalah? Mungkin, karena ia ingin mendapatkan solusi yang tepat atas masalahnya sehingga mengutik masalah dari akarnya bahkan membuat cabang-cabangnya? Apakah itu sebuah jawaban yang tepat untuk manusia yang selalu memperumit masalah? Sadarkah kalian bahwa saat ini aku juga sedang memperumit masalah tentang manusia yang selalu memperumit masalahnya? Hahaha.

16 Jan 2019

//Review// Web Series - Yakin Nikah

2 komentar



"Far, Gue nyesel nikah sama lo!"


Haduh. Sumpah, aku ga tau lagi gimana mendeskripsikan perasaanku setelah nonton web series ini. Baper, gila. Seneng, sedih, kesel, campur aduk rasanya nonton series pentolan JBL Indonesia yang satu ini. Series 'Yakin Nikah' menceritakan tentang pasangan muda yang baru menikah dan hendak menikmati honeymoon-nya dengan melakukan travelling bersama. 

Farah dan Bastian memiliki hobi yang berbeda. Farah suka travelling ke pantai, sedangkan Bastian lebih senang menghabiskan waktunya di gunung dan memancing ikan. Episode pertama disuguhkan dengan cerita Bastian yang merasa bersyukur banget memiliki Farah sebagai pasangan hidupnya. Namun, siapa sangka ternyata karakter asli Farah benar-benar menghilangkan keyakinan Bastian kepada Farah.

Keegoisan Farah yang tak terbendung lagi membuat Bastian frustasi. Ditambah lagi, kedatangan mantan pacar Farah yang tiba-tiba hadir di tengah mereka merusak segalanya. Akhirnya, Bastian --yang selama ini sulit sekali mengkomunikasikan perasaannya, melepaskan semua kekesalannya. 

Menurutku pribadi, series ini benar-benar mengajarkan kita bahwa sebelum melangkahkan kaki ke jenjang pelaminan, kita harus memahami secara betul karakter pasangan kita. Karakter Farah di series ini sangat tidak dewasa dan egois. Dia selalu mementingkan kesenangannya sendiri. Bahkan ada di salah satu scene ia berpendapat bahwa menikah itu 'biar ga ngerepotin dirinya'. Bastian yang mendengar jawaban  dari istrinya itu menaikkan alisnya sebagai bentuk ungkapan 'apasi maksud istri gue ini?' 

Bastian adalah cowok tersabar yang aku temuin di dalam drama atau series (heheh). Selama travelling, mereka selalu bertengkar. Prasangka mereka terhadap satu sama lain menyulut amarah mereka. Pertengkaran tersebut bertambah hebat ketika Farah dan Mantannya ke-gap oleh Bastian sedang berduaan di tengah pantai. Mantannya, yang melihat cekcok antara Farah dan Bastian, membuat situasi dan kondisi makin memanas. Ya, suami mana sih yang engga marah melihat istrinya digendong-gendong oleh cowok lain -apalagi bekas pacarnya, kan?

Pada akhirnya, Bastian meluapkan semua amarahnya yang selama ini terpendam. Bastian, yang mulanya feeling blessed banget punya istri kayak Farah, mengakhiri pertengkaran mereka dengan ucapan, "Far, gue nyesel nikah sama lo!"

Aduh, aku sih secara pribadi sangat suka dengan alur cerita series ini. Setiap episodenya bikin tegang dan kesel sendiri, hahaha. Walaupun aku cewek, tapi aku ga suka sama sifat Farah yang bener-bener masih kekanakan dan keliatan belum siap berumah tangga. Ending dari series ini menurutku bikin kecewa, sih. Farah masih bisa-bisanya mbikin quote bijak di tengah pertengkaran mereka. Begini quotenya,

"Bas, Kamu engga cinta sama aku. Marriage is about trust. Marriage is about accepted flaws both of us. You just need to communicate, not ending it. Bukannya nyesel, tapi fixed it."

Kata-kata Farah itu semuanya bener, ga salah. Tapi yang bikin ku heran adalah... kan di setiap episode Farah keliatan banget se-engga dewasanya, pengen enaknya sendiri, self centered banget katakanlah ya. Terus tiba-tiba ngomong bijak di saat kondisinya kayak gitu, menurutku sangat aneh si (Harusnya dia juga mirror, dong ya). Kedua ego pasangan tersebut sama-sama tinggi. Sebenernya, posisi Bastian juga salah. Dia tidak mengkomunikasikan dengan benar apa saja ketidak-sukaannya terhadap apa yang dilakukan Farah. Dan harusnya, si Farah nyadar diri juga batasan-batasan dia sebagai wanita yang setelah menikah itu seperti apa. 

Jadi, series ini menohokku pake banget. Hehe. Dari awal, masalah visi, prinsip, arti menikah, dll harusnya sudah clear sebelum mengikat janji suci. Karakter pasangan pun harus dipahami. Ga cuman itu, komunikasikan hal-hal yang kamu engga suka dari diri pasanganmu. Tujuannya buat apa? Ya itu tadi, buat diperbaiki sama-sama. Semua orang punya kekurangan, selagi masih ada keinginan buat memperbaikinya ya engga ada masalah. 

Yakin menikah?

Kalo aku ditanya seperti itu, tentu aku akan dengan lantang menjawab bahwa aku yakin menikah. Karena... 
Aku tidak akan seperti Farah yang membiarkan suaminya memasakkan makanan untuk istrinya (kecuali dalam hal-hal terdesak lho ya)
Aku tidak akan membiarkan suamiku tidur kedinginan hanya karena amarahku yang sedang memuncak
Aku tidak akan membiarkan suamiku memasang dan membereskan tenda sendirian
Aku akan menemani dia menghabiskan waktu untuk menikmati segudang hobinya
Aku akan berada di sisinya ketika ia sedang memperbaiki ban mobil yang sedang pecah di pinggir jalan
Aku akan sabar menunggunya pulang dari memancing ikan
Aku akan terus mencoba menjadi sebaik-baik istri untuknya.

So, ratingnya berapa nih?

Untuk series buatan JBL Indonesia satu ini aku kasih rating 4,7/5. Ceritanya bagus, akting pemerannya juga top, apalagi pemandangan pantai dan gunung yang disuguhkan di series ini. Namun, menurutku masih ada kekurangannya. Ending yang agak ngegantung dan beberapa hal lainnya mengurangi penilaianku, hehe. 

Buat kalian yang lagi gabut, bisa banget buat nonton series ini. Dijamin engga bakalan nyesel dan pastinya bisa ambil hikmah di dalamnya. So that's all from me, see you!

13 Jan 2019

Cantik Ala Millennials

6 komentar




Halo Millennials!
 
Saya yakin menjadi cantik adalah keinginan setiap wanita. Oleh sebab itu, di era millenials ini, semakin banyak wanita yang peduli dengan penampilannya. Tak jarang kita melihat wanita memakai make up untuk tampil cantik di depan publik. Tidak ada yang salah. Namun, menjadi cantik itu bukan sekadar ingin mendapatkan pengakuan dari khalayak, tetapi menjadi cantik itu adalah bentuk cinta terhadap diri kita sendiri.  

Perkembangan industri kecantikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya permintaan produk-produk kecantikan oleh millennials. Pengaruh teknologi dan informasi memudahkan millenials untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang produk kecantikan apa yang sebaiknya dipakai, bagaimana tips agar tak salah memilih produk, dsb dsb. 

Millennials bukanlah generasi biasa-biasa saja. Mereka memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi tersebut agar tak salah dalam merias diri. Hal ini pun ditandai dengan semakin maraknya beauty vlogger, beauty blogger, dan konten-konten kecantikan lainnya. Tentunya, cantik itu perlu usaha, cantik itu butuh proses dan cantik itu harus cerdas. Minimnya pengetahuan kita tentang kosmetik bisa menjadi boomerang bagi kita yang ingin tampil cantik dan fresh. Oleh sebab itu, millenials harus memiliki pengetahuan yang cukup. Millennials harus cerdas agar nantinya tak salah dalam merawat serta mempercantik diri. 

Banyak millennials yang awam di dunia per-kosmetikan masih belum paham kegunaan kosmetika itu seperti apa. Patut diketahui bahwa kosmetik digunakan bukan untuk mengobati dan mencegah penyakit. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), Kosmetik berfungsi untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan, dan memelihara tubuh pada kondisi baik. Salah dalam memilih kosmetik akan berdampak buruk pada kondisi kulit kita. 

Sebelum membeli produk kosmetik, alangkah baiknya kita mengetahui kondisi jenis kulit kita. Hal ini dilakukan agar kita dapat memilih produk kosmetik yang sesuai dan in tune dengan kulit kita. Dalam kondisi ini, kita harus bisa mengkategorikan jenis kulit kita seperti apa. Sebab, treatment setiap jenis kulit itu berbeda-beda. Apabila kita salah mengkategorikan jenis kulit, tentu akan berakibat fatal terhadap kulit kita sendiri. Pemilihan kosmetik dengan rutinitas kita sehari-hari juga harus tepat. Kita harus tahu aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari, misalnya, apakah lebih banyak terkena sinar matahari atau dominan berada di ruangan ber-ac. Apabila rutinitas sehari-hari lebih banyak di luar, penggunaan SPF untuk kulit harus diperhatikan. Kemudian, agar kulit tetap terjaga dan terawat, penggunaan kosmetik sebaiknya tak sering bergonta-ganti. Sebab, gonta-ganti kosmetik malah akan merusak kulit kita, bisa jadi akan tumbuh banyak jerawat dan kulit akan mengalami iritasi.

Setelah mengetahui bagaimana kondisi kulit kita, barulah kita bisa men-treatment kulit kita dengan mencari produk kosmetik yang tepat sesuai jenis kulit kita. Salah satu tips agar kita tidak salah memilih kosmetik untuk kulit kita adalah dengan cek KLIK. KLIK adalah singkatan dari Kemasan, Label, Izin edar, dan Kadaluarsa.

1    1. Kemasan
    Pengecekan terhadap kemasan dilakukan untuk memastikan apakah produk dalam keadaan tidak rusak, cacat ataupun jelek. Apabila ditemukan bahwa kemasan produk tersebut cacat, patut dicurigai bahwa telah terjadi manipulasi dalam produk tersebut. Bisa jadi produk tersebut bukan kemasan asli atau mungkin ditambahkan bahan-bahan yang tak semestinya ada dan bisa mengakibatkan kerusakan pada kulit.  

2    2. Label
   Produk yang asli akan memuat label yang benar, seperti nama kosmetik, nama dan Negara produsen, komposisi, serta peringatan dan persyaratan dalam penggunaan produk.
3
           3. Izin Edar
    Cek izin edar produk dapat dilakukan lewat website BPOM RI (https://cekbpom.pom.go.id/). Produk-produk yang legal tentu akan mendapatkan izin edar dari BPOM RI. Izin edar dari BPOM RI menandakan bahwa produk tersebut layak untuk dipakai sesuai standar berlaku yang ditetapkan oleh BPOM RI.

4    4. Kadaluarsa
    Sama seperti makanan, kosmetik juga memiliki tanggal kadaluarsa pemakaian. Pengecekan kadaluarsa pada kosmetik sangat penting agar kita tidak menggunakan kosmetik yang sudah lewat tanggal masanya. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan efek negatif pada kulit apabila kita menggunakan produk kosmetik yang sudah lewat masa tenggangnya.

Secara umum, tips agar terhindar dari kesalahan pemilihan kosmetik ialah dengen cek KLIK seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Patut diketahui bahwa kecantikan tidak hanya didapat dari pemilihan kosmetik yang tepat. Seperti kata pepatah, "You are what you eat". Konsumsi makanan yang sehat dan tepat pula menjadi support system agar mendapatkan kecantikan yang maksimal. Konsumsi sayur dan buah-buahan yang sehat dan segar menjadi salah satu tipsnya. Buah yang mengandung anti oksidan, serta vitamin C & E bagus dikonsumsi untuk menunjang kecantikan tubuh dari dalam. Adapun contoh buahnya adalah lemon, apel, kiwi, jeruk, dll. 

Cantik itu relatif. Sebab, standar kecantikan itu berbeda-beda. Buktinya, di setiap negara, cantik itu memiliki definisi tersendiri. Seperti di Asia, seorang wanita dikatakan cantik jika ia memiliki kulit yang putih. Beda halnya di Amerika, cantik itu harus punya kulit yang eksotik. Oleh karena itu, , menjadi cantik di era millennials tidak cukup dari fisik saja. Sebab, cantik fisik memiliki standar dan preferensi sendiri. Cantik fisik dapat dipoles dengan kosmetik, tapi Inner beauty harus ditempa dengan menebarkan hal-hal positif.

Jadi, Millennials, Apa kamu siap cantik luar dan dalam?!  

#CerdasMemilihKosmetik