31 Agu 2019

Dua Puluh Dua

0 komentar



Siapa sangka gadis asal Palembang yang satu ini bisa ulang tahun juga? Hahahah. Aku sangat bersyukur masih diberi nikmat kesehatan oleh Allah SWT sehingga masih bisa menuliskan perjalananku di blog ini. Ada banyak hal yang bisa ku syukuri selama 22 tahun aku mendiami bumi ini. Dimulai dari lahirnya aku dari Rahim seorang ibu yang luar biasa dan tak terkalahkan sampai aku memulai perjalanan sebagai seorang calon pegawai negeri sipil. Asam, manis, pahit kehidupan mungkin belum sepenuhnya aku cicipi. (Masih 22 tahun) pengalamannya pun masih sedikit, tak bisa dibandingkan dengan kakakku atau bahkan orang tuaku, iya kan? Tapi, aku punya kok pengalaman jatuh-bangun ketika hendak masuk ke perguruan tinggi. Aku juga pernah sedih karena patah hati. Aku punya pengalaman mengordinir orang, menjadi anggota organisasi, bertemu orang berprestasi, punya teman yang sangat baik hati sampai dengan bertemu orang yang bisa membuat jatuh hati. Hadeuh, udah gede banget ya bahasanya. Semakin bertambahnya umur, semakin bertambah pula level ujian hidup. Waktu masih sekolah, ujian kita hanya sebatas soal yang diberikan pihak sekolah dan dijawab dengan teori-teori yang sudah kita hapalkan. Tetapi, semakin kita beranjak dewasa, ujian tak sesempit itu. Bahkan kita pun kadang tak menemukan jawaban pasti dari ujian hidup itu. Semakin kita bertambah umur, semakin banyak permasalahan yang akan kita hadapi. Hubungan dengan manusian lain. Pekerjaan. Keuangan. Jodoh. Pernikahan. Keluarga. Anak. Dan lain-lain. Menjadi dewasa itu bukanlah pilihan tapi keharusan. Kita tak bisa terjebak dalam cangkang buatan orang tua kita. Kita harus tumbuh dan mengepakkan sayap sendiri. Menjadi dewasa bukan berarti memutuskan pilihan sendiri tanpa ikut melibatkan pihak-pihak yang kita sayangi. Justru, karena ada pihak tersebut, kita akan semakin diarahkan untuk membuat pilihan yang tepat. Semoga, tahun depan, aku masih diberikan nikmat kesehatan lagi agar tulisanku akan tetap berlanjut. Barangkali tahun depan akan ada cerita baru yang mampu mempengaruhi perjalanan hidupku. Untuk orang-orang yang telah mengasihiku selama ini, aku berterima kasih dengan sungguh. Tanpa adanya kalian, mungkin aku tak akan merasakan bagaimana rasanya dikasihi dengan amat dalam. Selama 22 tahun ini aku bersyukur telah dikelilingi orang-orang baik dan dipenuhi pengalaman yang berarti.  

“Selamat tanggal dua-dua buat kamu yang sudah berumur dua-dua”
tertanda, Agustine.

Curhatan Seorang Manusia

0 komentar
Manusia memang jagonya memperumit masalah, benar begitu? Sebenarnya aku tidak ingin mendapatkan pembelaan dengan melemparkan pernyataan seperti itu. Nyatanya, aku masih saja tidak benar-benar ‘tidak mempertimbangkan persepsi orang lain dalam membuat keputusan hidup’.Mempelajari filosofi teras pun seakan tak cukup bagiku untuk melepaskan jerat interprestasi orang lain kepada diri ini. Alhasil, masalah semakin membesar ketika kita turut merelakan pikiran kita dikendalikan oleh persepsi orang lain. Ditambah lagi, ego kita yang tak mengerti lampu merah, terus saja nyelonong sampai pada titik penyesalan karena telah menabrak manusia lain yang hendak lewat dalam hidup kita. Lagi-lagi, kita masih tak sadar diri siapa yang melakukan itu semua. Kita malah menyalahkan manusia lain yang sedang lalu lalang di kehidupan kita. Padahal, hadirnya manusia adalah scenario yang dibuat tuhan dengan alasan tertentu, lalu kenapa kita tidak mengaku salah atas tuduhan kita kepada manusia lain itu? Rumit. Aku tidak tahu kenapa manusia senang sekali membuat drama-drama di kehidupan dengan memperumit masalah atau membesar-besarkan masalah? Mungkin, karena ia ingin mendapatkan solusi yang tepat atas masalahnya sehingga mengutik masalah dari akarnya bahkan membuat cabang-cabangnya? Apakah itu sebuah jawaban yang tepat untuk manusia yang selalu memperumit masalah? Sadarkah kalian bahwa saat ini aku juga sedang memperumit masalah tentang manusia yang selalu memperumit masalahnya? Hahaha.