11 Mei 2018

Sepenggal Cerita yang Belum Usai

0 komentar

Maka tatkala esok aku tidur dengan tanpa memikirkan dunia lagi, ku ingin bukan penyesalan yang menemaniku nanti.

Ah, tersirat sekali kalimat itu. Sama seperti biasanya, penulis favoritku menyampaikan dakwahnya dengan puisi-puisi indahnya. Sungguh sedap sekali bukan? Khaulah As Syifa, nama yang ku kenal sudah sejak dua tahun yang lalu.  Orang-orang memanggilnya Mba Aul. Wanita cerdas, cantik, dan tentu puitis. Aku tidak tahu persis bagaimana dia bisa sepopuler ini. Namun, yang aku tahu, dia memiliki kekhasan sendiri dalam menyampaikan dakwahnya. Mungkin, itu salah satu alasan yang membuatnya populer dalam berdakwah. Ya, dakwahnya. Ku letakkan buku kumpulan puisi tersebut dan bersiap untuk liqo’ pekananku. Oh iya, namaku Jehan Sanika Putri, masih berumur 20 tahun dan tentu masih duduk di bangku kuliah.  Aku menimba ilmu jauh dari tanah kelahiranku.   

“Jeje, berangkat yuk!” teriak temanku, Ike. Aku bergegas keluar dari kamar kosku dan menemuinya. Seperti biasa hari ini adalah jadwal liqo’ pekananku, begitu juga dengan Ike. Materi liqo’ hari ini benar-benar menyentil hati kecilku. Mbak Pipit, sang murobiahku, mengajak kami berdiskusi tentang degradasi keimanan anak muda masa kini. Salah satu yang dapat ku tarik kesimpulan, degradasi itu terjadi karena apatisnya kita terhadap lingkungan sekitar. Kita yang paham agama, terkadang masih saja enggan menyuarakan hal yang benar apa adanya. Seketika aku paham. Aku sadar. Aku, yang selama ini hanya duduk mendengarkan materi di setiap liqo, pengajianku ataupun tausiyah, menginginkan langkah dakwahku dipercepat. Kedengarannya aneh, memang. Selama ini, aku takut. Aku tak berani melangkahkan kakiku apalagi membulatkan tekadku untuk berdakwah. Pikirku, dakwah itu tugas yang berat, sehingga aku harus ‘mengisi’ bekal ilmuku dulu baru ‘membagikannya’. Nyatanya, aku salah. Harusnya aku tidak begitu. Seperti kata Mba Aul dalam puisinya, 

"yang penting itu bukan mengisi tanpa memberi. Bukan juga menulis tapi tak berisi. Tapi kesungguhan hati untuk mencapai ridho illahi."
 -----------------------------------------------------------