“Dialah yang beriman kepadaku
ketika orang-orang lain mengingkari. Dialah yang membenarkanku ketika
orang-orang mendustakan. Dialah yang memberikan hartanya kepadaku ketika
orang-orang sibuk menahan. Dan kepadanya pula Allah menganugerahkan anak padaku
dibandingkan istri-istri lainnya.”
[Muhammad tentang Khadijah;
dalam HR. Ahmad]
Assalamu’alaikum
wr wb,
Yuhuuuuuuuuu!
Bagaimana kabarnya teman-teman? Hehehe. Semoga diberikan kesehatan selalu yaw!
Alhamdulillah, di liburan kali ini saya diberikan kesempatan untuk membuat review
buku karangan Ibrahim Muhammad Hasan Al-Jamal yang berjudul KHADIJAH. Tentu, review buku kali ini berbau islami. Buku
ini sudah lama diterbitkan, cetakan pertama yakni pada tahun 2014. Apakah karena
buku ini sudah lama terbit sehingga membuat saya ogahan untuk mereview buku
ini? Jawabannya, tentu tidak. Kalian akan menemukan alasannya sendiri mengapa
saya mereview buku ini. Kenapa harus buku ini yang saya review, kenapa tidak buku-buku lainnya yang tersusun di rak buku saya? Entahlah, hati saya lagi terpaut untuk mereview buku karangan Ibrahim Muhammad Hasan ini. Ohya, satu lagi. Dalam review-an ini, saya tidak
membuatnya berdasarkan aturan baku yang ada –sama seperti saat saya mereview
origami hati. Saya menulis review ini agar ingatan saya tentang cerita ini
tidak te-reset begitu saja dan
menjadi sia-sia. Hahaha.
Cussss!
Siapa
sih yang tidak kenal Khadijah R.A? “Mungkin” ada beberapa dari kalian yang
belum mengetahuinya. Perjalanan panjang sejarah islam tentu tidak terlepas dari
kontribusi kaum muslimah, sebab tidak jarang kontribusi mereka terabadikan
dalam cerita-cerita yang ada. Salah satu potret wanita paling mulia yang
dikenal dalam sejarah ialah Sayyidah Khadijah R.A. Dalam buku ini, kita tidak
hanya disuguhkan cerita tentang siapa sosok Khadijah, bagaimana garis
keturunannya, apa saja gelarnya, bagaimana peranannya dalam sejarah islam, dsb.
Namun, dalam buku ini, kita akan dibawa pada masa yang paling berpengaruh dalam
islam juga, diantaranya masa di mana dakwah bermula, masa di mana nabi
menghadapi penentangan dan hadangan dari orang-orang yang tidak mempercayainya
dan tentu juga penjelasan kisah pengrobanan para sahabat yang berjuang
mati-matian memberikan kontribusi dalam memperkokoh dakwah islam.
Khadijah
dilahirkan dari keluarga Quraisy yang sangat mulia dan terhormat. Ayahnya
bernama Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza. Ibu Khadijah bernama Fatimah binti
Za’idah bin Asham bin Amir bin Lu’ay. Kedua orang tua khadijah berasal dari
keluarga terpandang di masyarakat Quraisy. Hakim bin Hizam (anak dari saudaranya)
dan Waraqah bin Naufal (anak pamannya) adalah orang yang memiliki pengaruh
dalam kehidupan Sayyidah Khadijah. Hakim adalah sosok yang diteladani Khadijah
dalam berdagang sedangkan Waraqah sendiri adalah sosok yang memberikan pengaruh
terhadap kehidupan spiritual Khadijah.
Sayyidah
Khadijah R.A. mendapatkan gelar pertama yakni Ath Thahirah atau Wanita
suci. Ia disifati seperti itu karena memang ia layak mendapatkannya. Ia pernah
menikah dua kali sebelum akhirnya menikah dengan Rasulullah SAW. Kehidupan Khadijah
bergelimang harta, ia menjadi pemuka kaum wanita dan konglomerat muda. Tak hanya
itu, ia adalah wanita yang pandai berdagang. Khadijah R.A. juga tipe wanita
yang pandai menjaga diri. Seperti yang diketahui, kehidupan malam di mekkah saat
itu dipenuhi dengan foya-foya dan pesta setiap harinya. Namun, khadijah sama
sekali tidak pernah turut serta dalam acara-acara tersebut. Ia juga mendapat
gelar Ummul Mukminin, Sayyidatu nisa il
alamin (pemuka wanita seluruh dunia). Gelar tersebut juga tidak didapatkan
oleh sembarang wanita, baik istri-istri nabi kecuali Khadijah dan putri
nabi;Fatimah. Tidak hanya itu, gelar tersebut juga didapatkan oleh hamba Allah
terpilih yakni Maryam binti imran (ibunda isa) dan Asiyah binti Mazshim (istri
fir’aun).
Khadijah
ra sangat senang sekali mendengar bacaan Taurat dan Injil yang sering
dilantunkan putra pamannya, Waraqah. Suatu ketika, Waraqah pernah bercerita
kepada Khadijah bahwa akan ada Nabi yang diutus Allah SWT menjadi penutup para
nabi untuk memberi petunjuk manusia, menyelamatkan mereka dari gelapnya kesesatan,
dan memenuhi bumi dengan kelembutan dan kasih sayang. Mendengar cerita
tersebut, Khadijah ingin sekali melihatnya, menjadi pengikutnya dan
mempersembahkan apa yang dimilikinya untuk membantu jalannya demi menyelamatkan
manusia dari gelapnya kesesatan. Hari berikutnya, sekembali Khadijah bersama
budak-budak wanita dan sahabat wanitanya dari sa’i, ia beristirahat melelapkan
dirinya sejenak. Kemudian, ia bermimpi melihat matahari turun dari langit
mekah, hinggap di rumahnya dan memenuhi isi rumahnya dengan cahaya. Seketika ia
bangun dari mimpinya dan segera menemui Waraqah. Putra pamannya tersebut
menyampaikan bahwa jika Allah membenarkan mimpi Khadijah, berarti cahaya nubuwah tersebut akan memasuki rumahnya.
Pertemuan
pertama Khadijah dan Muhammad ialah ketika Khadijah mengutus Muhammad untuk
berdagang. Seperti yang diketahui bahwa pada saat itu, paman Muhammad, Abu
Thalib meminta Muhammad menawarkan diri untuk turut serta berangkat berdagang
bersama kafilah dagang Khadijah. Kepiawaian
Muhammad berdagang dilihat dari hasil yang didapatkannya setelah ia kembali
dari berdagang.
Rasulullah SAW merupakan sosok lelaki yang
rupawan, akhlaknya bagus, wajahnya berseri-seri, perutnya tidak besar,
kepalanya tidak kecil, matanya elok, hitam dan lebar, dengan alis dan bulu mata
lebat nan halus jenggotnya lebat. Ketika diam tampak wibawanya, kalau bicara
tampak disegani, lembut, singkat, padat dan tentu tidak bertele-tele. Itulah sedikit
penjelasan tentang sifat Rasulullah. Tentu, tidak heran banyak kaum wanita yang
tersepona dengan sifat beliau, termasuk juga Sayyidah Khadijah R.A.
Salah
satu bagian cerita yang menarik menurutku ialah ketika Sayyidah Khadijah lama
kelamaan memiliki ‘hati’ kepada Rasulullah SAW. Bahkan, Halah, saudari
perempuan Khadijah, pun mengetahui
bagaimana isi hati Khadijah kepada Muhammad. Halah berniat untuk menyampaikannya
kepada Muhammad. Saat itu ia melihat Muhammad bersama Ammar sedang berjalan.
Halah memanggil nama Muhammad, namun akhirnya ia menjadi gagap dan malah
memanggil Ammar. Ia menceritakan kepada Ammar, dan meminta Ammar menyampaikan
kepada Muhammad ‘apakah Muhammad ingin
menikah dengan Khadijah?’. Kalian tahu apa yang dijawab oleh Rasulullah
SAW? Beliau menjawab, “iya tentu”. Mendengar kabar bahagia tersebut, Halah
memberitahukan kepada Khadijah. Namun, hari demi hari, Muhammad tak kunjung
datang untuk memberi jawaban langsung kepada Khadijah. Kemudian, datanglah
Nafisah, orang terdekat Khadijah. Nafisah bersedia menjadi perantara antara
Muhammad dan Khadijah. Sampailah pada pertemuan Nafisah dan Muhammad. Nafisah
cukup cerdik untuk menjadi seorang perantara. Ia tidak seperti Halah yang
langsung mengajukan pertanyaan, ‘apakah
Muhammad ingin menikah dengan Khadijah?’ Namun, Nafisah bertanya tentang
alasan apa yang menghalangi Muhammad untuk menikah. Dijelaskan bahwa beliau
tidak memiliki ‘apa-apa’ untuk menikah. Nafisah berkata tidaklah masalah, ia
akan memperkenalkan wanita cantik, kaya, dan memiliki akhlak mulia, yakni
Khadijah. Nafisah juga akan membantu mereka mengurusi pernikahan, yang penting
Muhammad mau menikah dengan Khadijah.
Pada
akhirnya, Khadijah mengutus budak untuk memanggil Muhammad ke rumahnya. Ia bertanya
kepada Muhammad apakah ia ingin menikah dengan dirinya. Khadijah berkata, “Wahai
anak pamanku, saya menyukaimu karena kekerabatanmu, kemulianmu di tengah
kaummu, amanahmu, bagusnya akhlakmu dan kejujuran ucapanmu” tentu, secara tidak langsung, Sayyidah
melamar Rasulullah kan? Luarrr biasa keberanian Sayyidah Khadijah :’’) Muhammad
pun menerima tawaran tersebut dan pernikahan pun akan dilaksanakan besok
harinya. Rasulullah SAW memulai
kehidupan baru pada usia yang baru menginjak dua puluh lima tahun. Adapun usia
Khadijah menikah ada banyak versi pendapat. Ada yang mengatakan empat puluh
tahun, tiga puluh tahun, tiga puluh lima tahun, dan ada juga berpendapat tiga
puluh delapan tahun. Pendapat yang paling banyak ialah empat puluh tahun. Mengapa
demikian? Hal ini dikarenakan Khadijah menikah saat mencapai puncak kedewasaan
da n memiliki akal yang matang. Dan itu terjadi kepada mereka yang telah
mencapai usia empat puluh tahun. Tetapi, dalam buku karangan Ibrahim Muhammad
Hasan ini, dijelaskan beberapa analisis dari data yang ada terkait umur
Sayyidah Khadijah saat menikah. Dari beberapa analisis yang tertulis di dalam
buku ini, dapat dikatakan bahwa, “Sebagaiamana yang dikatakan sejarawan, usia
hindun ketika ibunya menikah dengan Khadijah, di bawah sepuluh tahun. Hingga
akhirnya, kami memiliki dua pilihan, mengakhirkan usia pernikahannya di atas
dua puluh lima tahun atau jauh di bawah empat puluh tahun.” Jika dijelaskan di
sini, akan sangat panjang heheh. Jadi, saya sarankan teman-teman untuk membaca
bukunya dan memahami analisis terkait umur Khadijah saat menikah dari buku
karangan Ibrahim Muhammad Hasan ini.
Buku
ini sangat recommended untuk dibaca, selain akan menambah pengetahuan kita,
tentu kita juga bisa mengambil kisah inspiratif di dalamnya. Tentu tidak
mungkin saya akan menceritakan seluruh isi buku di blog ini. Saya sangat
anjurkan teman-teman untuk membaca buku karangan Ibrahim Muhammad Hasan yang
satu ini. Saya sangat bahagia bisa mereview buku sebagus ini. Alur cerita yang
mudah diikuti, penjelasan yang terperinci, membuat saya jatuh cinta
berulang-ulang kali dengan Buku “Khadijah” ini. Tetapi mungkin ada beberapa tulisan
yang masih belum sesuai dengan kaidahnya (misalnya penulisan dimana, harusnya
di mana), tapi ah itu tidak terlalu masalah untuk buku sehebat ini bukan?
Akhir
kata, terimakasih telah mampir di blog saya. Nantikan review buku selanjutnya!
P.S Kalian bisa merequest mau
review buku apa hehehe. Kalo aku sok sibuk, pasti aku sempetin terima request
kalian eeeh hahahah. Apaan sih agustine.
Wassalamu’alaikum
wr wb.
3 komentar:
Assalamualaikum :) di buku ini mencrritakan kisah cinta Khadijah dengan Rasulullah engga ya?
Wa'alaykumussalam wr wb Iya mbak. Ada kok :)
Posting Komentar