14 Agu 2017

//Review// KHADIJAH [TELADAN AGUNG WANITA MUKMINAH]




“Dialah yang beriman kepadaku ketika orang-orang lain mengingkari. Dialah yang membenarkanku ketika orang-orang mendustakan. Dialah yang memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang sibuk menahan. Dan kepadanya pula Allah menganugerahkan anak padaku dibandingkan istri-istri lainnya.”
[Muhammad tentang Khadijah; dalam HR. Ahmad]

Assalamu’alaikum wr wb,

Yuhuuuuuuuuu! Bagaimana kabarnya teman-teman? Hehehe. Semoga diberikan kesehatan selalu yaw! Alhamdulillah, di liburan kali ini saya diberikan kesempatan untuk membuat review buku karangan Ibrahim Muhammad Hasan Al-Jamal yang berjudul KHADIJAH. Tentu, review buku kali ini berbau islami. Buku ini sudah lama diterbitkan, cetakan pertama yakni pada tahun 2014. Apakah karena buku ini sudah lama terbit sehingga membuat saya ogahan  untuk mereview buku ini? Jawabannya, tentu tidak. Kalian akan menemukan alasannya sendiri mengapa saya mereview buku ini. Kenapa harus buku ini yang saya review, kenapa tidak buku-buku lainnya yang tersusun di rak buku saya? Entahlah, hati saya lagi terpaut untuk mereview buku karangan Ibrahim Muhammad Hasan ini. Ohya, satu lagi. Dalam review-an ini, saya tidak membuatnya berdasarkan aturan baku yang ada –sama seperti saat saya mereview origami hati. Saya menulis review ini agar ingatan saya tentang cerita ini tidak te-reset begitu saja dan menjadi sia-sia. Hahaha. 

Cussss!

Siapa sih yang tidak kenal Khadijah R.A? “Mungkin” ada beberapa dari kalian yang belum mengetahuinya. Perjalanan panjang sejarah islam tentu tidak terlepas dari kontribusi kaum muslimah, sebab tidak jarang kontribusi mereka terabadikan dalam cerita-cerita yang ada. Salah satu potret wanita paling mulia yang dikenal dalam sejarah ialah Sayyidah Khadijah R.A. Dalam buku ini, kita tidak hanya disuguhkan cerita tentang siapa sosok Khadijah, bagaimana garis keturunannya, apa saja gelarnya, bagaimana peranannya dalam sejarah islam, dsb. Namun, dalam buku ini, kita akan dibawa pada masa yang paling berpengaruh dalam islam juga, diantaranya masa di mana dakwah bermula, masa di mana nabi menghadapi penentangan dan hadangan dari orang-orang yang tidak mempercayainya dan tentu juga penjelasan kisah pengrobanan para sahabat yang berjuang mati-matian memberikan kontribusi dalam memperkokoh dakwah islam.

Khadijah dilahirkan dari keluarga Quraisy yang sangat mulia dan terhormat. Ayahnya bernama Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza. Ibu Khadijah bernama Fatimah binti Za’idah bin Asham bin Amir bin Lu’ay. Kedua orang tua khadijah berasal dari keluarga terpandang di masyarakat Quraisy. Hakim bin Hizam (anak dari saudaranya) dan Waraqah bin Naufal (anak pamannya) adalah orang yang memiliki pengaruh dalam kehidupan Sayyidah Khadijah. Hakim adalah sosok yang diteladani Khadijah dalam berdagang sedangkan Waraqah sendiri adalah sosok yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan spiritual Khadijah.  

Sayyidah Khadijah R.A. mendapatkan gelar pertama yakni Ath Thahirah  atau Wanita suci. Ia disifati seperti itu karena memang ia layak mendapatkannya. Ia pernah menikah dua kali sebelum akhirnya menikah dengan Rasulullah SAW. Kehidupan Khadijah bergelimang harta, ia menjadi pemuka kaum wanita dan konglomerat muda. Tak hanya itu, ia adalah wanita yang pandai berdagang. Khadijah R.A. juga tipe wanita yang pandai menjaga diri. Seperti yang diketahui, kehidupan malam di mekkah saat itu dipenuhi dengan foya-foya dan pesta setiap harinya. Namun, khadijah sama sekali tidak pernah turut serta dalam acara-acara tersebut. Ia juga mendapat gelar Ummul Mukminin, Sayyidatu nisa il alamin (pemuka wanita seluruh dunia). Gelar tersebut juga tidak didapatkan oleh sembarang wanita, baik istri-istri nabi kecuali Khadijah dan putri nabi;Fatimah. Tidak hanya itu, gelar tersebut juga didapatkan oleh hamba Allah terpilih yakni Maryam binti imran (ibunda isa) dan Asiyah binti Mazshim (istri fir’aun).

Khadijah ra sangat senang sekali mendengar bacaan Taurat dan Injil yang sering dilantunkan putra pamannya, Waraqah. Suatu ketika, Waraqah pernah bercerita kepada Khadijah bahwa akan ada Nabi yang diutus Allah SWT menjadi penutup para nabi untuk memberi petunjuk manusia, menyelamatkan mereka dari gelapnya kesesatan, dan memenuhi bumi dengan kelembutan dan kasih sayang. Mendengar cerita tersebut, Khadijah ingin sekali melihatnya, menjadi pengikutnya dan mempersembahkan apa yang dimilikinya untuk membantu jalannya demi menyelamatkan manusia dari gelapnya kesesatan. Hari berikutnya, sekembali Khadijah bersama budak-budak wanita dan sahabat wanitanya dari sa’i, ia beristirahat melelapkan dirinya sejenak. Kemudian, ia bermimpi melihat matahari turun dari langit mekah, hinggap di rumahnya dan memenuhi isi rumahnya dengan cahaya. Seketika ia bangun dari mimpinya dan segera menemui Waraqah. Putra pamannya tersebut menyampaikan bahwa jika Allah membenarkan mimpi Khadijah, berarti cahaya nubuwah tersebut akan memasuki rumahnya.

Pertemuan pertama Khadijah dan Muhammad ialah ketika Khadijah mengutus Muhammad untuk berdagang. Seperti yang diketahui bahwa pada saat itu, paman Muhammad, Abu Thalib meminta Muhammad menawarkan diri untuk turut serta berangkat berdagang bersama kafilah dagang Khadijah.  Kepiawaian Muhammad berdagang dilihat dari hasil yang didapatkannya setelah ia kembali dari berdagang.

Rasulullah SAW merupakan sosok lelaki yang rupawan, akhlaknya bagus, wajahnya berseri-seri, perutnya tidak besar, kepalanya tidak kecil, matanya elok, hitam dan lebar, dengan alis dan bulu mata lebat nan halus jenggotnya lebat. Ketika diam tampak wibawanya, kalau bicara tampak disegani, lembut, singkat, padat dan tentu tidak bertele-tele. Itulah sedikit penjelasan tentang sifat Rasulullah. Tentu, tidak heran banyak kaum wanita yang tersepona dengan sifat beliau, termasuk juga Sayyidah Khadijah R.A.

Salah satu bagian cerita yang menarik menurutku ialah ketika Sayyidah Khadijah lama kelamaan memiliki ‘hati’ kepada Rasulullah SAW. Bahkan, Halah, saudari perempuan Khadijah,  pun mengetahui bagaimana isi hati Khadijah kepada Muhammad. Halah berniat untuk menyampaikannya kepada Muhammad. Saat itu ia melihat Muhammad bersama Ammar sedang berjalan. Halah memanggil nama Muhammad, namun akhirnya ia menjadi gagap dan malah memanggil Ammar. Ia menceritakan kepada Ammar, dan meminta Ammar menyampaikan kepada Muhammad ‘apakah Muhammad ingin menikah dengan Khadijah?’. Kalian tahu apa yang dijawab oleh Rasulullah SAW? Beliau menjawab, “iya tentu”. Mendengar kabar bahagia tersebut, Halah memberitahukan kepada Khadijah. Namun, hari demi hari, Muhammad tak kunjung datang untuk memberi jawaban langsung kepada Khadijah. Kemudian, datanglah Nafisah, orang terdekat Khadijah. Nafisah bersedia menjadi perantara antara Muhammad dan Khadijah. Sampailah pada pertemuan Nafisah dan Muhammad. Nafisah cukup cerdik untuk menjadi seorang perantara. Ia tidak seperti Halah yang langsung mengajukan pertanyaan, ‘apakah Muhammad ingin menikah dengan Khadijah?’ Namun, Nafisah bertanya tentang alasan apa yang menghalangi Muhammad untuk menikah. Dijelaskan bahwa beliau tidak memiliki ‘apa-apa’ untuk menikah. Nafisah berkata tidaklah masalah, ia akan memperkenalkan wanita cantik, kaya, dan memiliki akhlak mulia, yakni Khadijah. Nafisah juga akan membantu mereka mengurusi pernikahan, yang penting Muhammad mau menikah dengan Khadijah.

Pada akhirnya, Khadijah mengutus budak untuk memanggil Muhammad ke rumahnya. Ia bertanya kepada Muhammad apakah ia ingin menikah dengan dirinya. Khadijah berkata, “Wahai anak pamanku, saya menyukaimu karena kekerabatanmu, kemulianmu di tengah kaummu, amanahmu, bagusnya akhlakmu dan kejujuran ucapanmu” tentu, secara tidak langsung, Sayyidah melamar Rasulullah kan? Luarrr biasa keberanian Sayyidah Khadijah :’’) Muhammad pun menerima tawaran tersebut dan pernikahan pun akan dilaksanakan besok harinya.  Rasulullah SAW memulai kehidupan baru pada usia yang baru menginjak dua puluh lima tahun. Adapun usia Khadijah menikah ada banyak versi pendapat. Ada yang mengatakan empat puluh tahun, tiga puluh tahun, tiga puluh lima tahun, dan ada juga berpendapat tiga puluh delapan tahun. Pendapat yang paling banyak ialah empat puluh tahun. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan Khadijah menikah saat mencapai puncak kedewasaan da n memiliki akal yang matang. Dan itu terjadi kepada mereka yang telah mencapai usia empat puluh tahun. Tetapi, dalam buku karangan Ibrahim Muhammad Hasan ini, dijelaskan beberapa analisis dari data yang ada terkait umur Sayyidah Khadijah saat menikah. Dari beberapa analisis yang tertulis di dalam buku ini, dapat dikatakan bahwa, “Sebagaiamana yang dikatakan sejarawan, usia hindun ketika ibunya menikah dengan Khadijah, di bawah sepuluh tahun. Hingga akhirnya, kami memiliki dua pilihan, mengakhirkan usia pernikahannya di atas dua puluh lima tahun atau jauh di bawah empat puluh tahun.” Jika dijelaskan di sini, akan sangat panjang heheh. Jadi, saya sarankan teman-teman untuk membaca bukunya dan memahami analisis terkait umur Khadijah saat menikah dari buku karangan Ibrahim Muhammad Hasan ini.

Buku ini sangat recommended untuk dibaca, selain akan menambah pengetahuan kita, tentu kita juga bisa mengambil kisah inspiratif di dalamnya. Tentu tidak mungkin saya akan menceritakan seluruh isi buku di blog ini. Saya sangat anjurkan teman-teman untuk membaca buku karangan Ibrahim Muhammad Hasan yang satu ini. Saya sangat bahagia bisa mereview buku sebagus ini. Alur cerita yang mudah diikuti, penjelasan yang terperinci, membuat saya jatuh cinta berulang-ulang kali dengan Buku “Khadijah” ini. Tetapi mungkin ada beberapa tulisan yang masih belum sesuai dengan kaidahnya (misalnya penulisan dimana, harusnya di mana), tapi ah itu tidak terlalu masalah untuk buku sehebat ini bukan?

Akhir kata, terimakasih telah mampir di blog saya. Nantikan review buku selanjutnya!

P.S Kalian bisa merequest mau review buku apa hehehe. Kalo aku sok sibuk, pasti aku sempetin terima request kalian eeeh hahahah. Apaan sih agustine.

Wassalamu’alaikum wr wb.

3 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Assalamualaikum :) di buku ini mencrritakan kisah cinta Khadijah dengan Rasulullah engga ya?

Agustine mengatakan...

Wa'alaykumussalam wr wb Iya mbak. Ada kok :)

Posting Komentar