12 Nov 2017

PAHIT


Pagi ini, Aku menyantap sarapan pagiku dengan dua lembar roti isi. Entah pikiran apa yang sedang meracauku, tiba-tiba saja aku ingin memperelok roti tersebut dengan chocolatos di dalamnya kemudian menggorengnya. Aku pikir, itu akan menambah kelezatan dari roti isi tersebut. Tapi, sayangnya, ekspektasiku terlalu tinggi. Ah ku rasa ini bukan soal ekspektasi, mungkin lebih ke skill memasakku. Hahaha. Roti yang aku goreng, sebagian besarnya gosong karena aku lupa telah menyalakan api yang besar. Padahal, tanpa digoreng pun, roti itu enak untuk dijadikan sarapan. Roti yang awalnya manis karena diisi dengan selai dan chocolatos, kini menjadi pahit karena gosong yang ku perbuat sendiri. 


Ya, terkadang aku bingung, kenapa manusia sering sekali mencari-cari ‘masalah’ seperti itu?
kalau saja aku tidak mencoba, mungkin aku akan menikmati rosi isi manisku dengan wajah yang gembira. Tapi, kalau aku tidak melakukannya, mungkin aku tidak tahu bahwa Allah swt sedang mengajarkanku lewat pengalaman itu.


Ah. Mencintai seseorang pun sama kasusnya. Kalau saja kamu tidak menenggelamkan dirimu dalam lubang cinta, tentu kamu tidak perlu menikmati pahitnya mencintai bukan? Namun, jika kamu tak mengenal namanya cinta, kamu tak akan tahu bagaimana caranya mengasihi seseorang, iya kan? Begitulah. Allah swt sudah mengatur segalanya, ada hal yang harus dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih indah dari ekspektasi awal.


Perihal mencintai, kamu tak perlu menyesal sudah mencintai seseorang. Cinta itu fitrah, kawan. Maka dari itu, nikmati saja.  tapi tentu, kamu harus mengukur takaran mencintai itu. jangan sampai cintamu kepada manusia lebih besar daripada rabbmu.


Lakukan apa yang menurutmu baik untuk dilakukan. Setiap keputusan akan mengarah pada jalan yang berbeda. Namun, jika sudah diniatkan baik dari awal, meski melahirkan jalan yang berbeda, tentu tujuan akhirnya pun akan membawa keberkahan. Insyaallah.

0 komentar:

Posting Komentar